Monday, May 1, 2017

Cermin....*Kelas Menulis*

Kami berhadapan.. diam terikat memori masa lalu
Tenggelam narasi dalam hati
Kukepalkan tangan, dingin hati dan jiwaku, melebihi suhu cafe.

Wajahnya tampak lesu, lelah, tak bergairah
Sementara aku begitu tegar, sok pintar, tak ingin tunjukkan beban, tersenyum terpaksa,
Kecil, tak pernah menyerah.

"Gimana kerjaan, sibuk ya?" tanyaku pura-pura peduli
"Biasa aja..kayak dulu" datar jawaban dan wajahnya

"Ooh...." intonasi suaraku tak bergeming

Cincin titanium berukir pasir itu masih melingkar dijarinya, intipku..hampir supak warnanya
Sama seperti milikku, yang sudah kubuang dibandara
Jemarinya sibuk mengetik dilayar hpnya..
entah apa dipikirannya..
apa pula isi hatinya..
siapakah diseberang Sana yang menyibukkannya.

"Sampai kapan Kamu disini?"
potongnya cepat..seperti takut kuhujani rentetan pertanyaan

"Belum tahu...rencananya agak lama Kali ini..." kudengar suaraku ceria, palsu

"Baik...pikirkan baik-baik keputusanmu. Coba hubungi ayah dan Ibuku. Jangan sampai mereka membencimu" ucapnya kelu, bergetar

Aku tak bergeming..suara adukan gelas dan sendok sesekali memecah hening...

"Kamu cantik Sekarang..Kamu bahagia, ya?!" tatapannya menghujam jantungku, tempat disasaran

Aku diam..kubinarkan pandangan Mata ini...rasanya getir, pahit jamu brotowali

"tak sebahagia tanpamu...tapi Kamu tak ingin bersamaku.." Perlahan kekuatanku roboh..aku rindu pujiannya



Aaah...dulu Sekali..di tempat ini kami berpegangan tangan, bergelanyut manja, saling sumbang pikiran dan ide, suara bersahutan..Indah..Rona wajah itu merekah berbinar.

Hari ini 15tahun pernikahan yang berliku.. Ribuan mil menjadi jembatan jarak..kami habiskan di telpon, Skype, email,...berjumpa raga mungkin dua tahun Sekali..


Kuputuskan berhenti, dia pun tak berusaha menggapaiku.
Komunikasi ibarat rantai yang berkarat, menghabiskan kuatnya besi


Cinta kami ditelan sinyal yang naik turun, kesibukan mengurus negara, waktu yang tak sepaham
Geliat rasa rindu terkikis seiring tahun berganti



"Jangan pernah menyesal, Rani...aku mendukung keputusanmu...akan kusampaikan yang terbaik, Kamu tak pernah salah"

"Ini semua kesalahanku..."

"Maafkan aku...yang tak pernah meraihmu.."

"Jika waktu bisa diputar...aku akan pergi bersamamu..tapi aku terlalu pengecut"

Kalimat demi kalimat keluar dari bibirnya...terlambat...

telah kulayangkan Surat gugatan, lelah tak tertahan dengan pertengkaran dan makian..

Ibarat paku yang dihujamkan berkali-kali..kayu itu telah rusak..seperti halnya hatiku terkoyak oleh kata-katanya.


Sedari tadi kugigit bibir ini, agar tak terucap kata-kata tak penting
Bulir air Mata bertengger di tempat yang seharusnya
Seperti selama ini bertahan Untuk tak keluar
Antara Austria-Jakarta

Semuanya sepadan..
Ingin bersama, tapi selalu terbentuk kubangan Lara
Kusudahi agar tak Ada lagi terjerembab dilubang yang sama


"Tak apa Mas...
Semuanya Sudah berakhir..kita tutup hari ini..tak Ada pertemanan, biarlah berujung asing...lebih Baik!" kujabat tangannya..lalu beranjak pergi


Tegar hilang..musnah
Tangisku sontak menggelegar
Cermin itu  pecah sudah, berserakan
Layaknya janji-janji yang pernah tertuang...meruak bertebaran
Tak Ada dusta, tak Ada pihak ketiga
Kami yang bersalah kepada Tuhan
Semoga dimaafkan.






*Belajar nulis cerpen
di Kelas Menulis Uni Fitra Wilis*


No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah mampir dan meninggalkan komentar. Mohon tidak memberikan link hidup ya 😊.

COPYRIGHT © 2017 | THEME BY RUMAH ES