Friday, November 24, 2017

Berdamai dengan Bipolar




Hidup adalah sebuah perjalanan panjang. Memberikan pelajaran berharga bagi manusia dengan segala ujian dari-Nya, menjadikan kita lebih kuat.

Seperti halnya ujian yang dialami oleh seorang wanita penyandang bipolar bernama Sendy Winduvitri, atau yang dikenal dengan nama Sendy Hadiat.

Sebagai penderita Bipolar Sendy Hadiat mengalami gangguan perasaan dengan dua kutub yang berbeda.


Sendy Hadiat yang kini berusia 33 tahun, divonis menderita gangguan Bipolar di tahun 2012. Di tengah perjuangan menghadapi penyakitnya,  keluarga besarnya pindah ke Amerika. Hal ini menyebabkan Sendy mengalami kesepian dan pergulatan batin yang hebat.




Kehidupan Sendy penuh rintangan, serta mengalami perundungan,  pelecehan,  siksaan batin,  bahkan beberapa kali mencoba bunuh diri karena depresi.

Seperti penyandang gangguan bipolar lainnya,  Sendy juga mengalami dua fase yaitu depresi dan mania.

Fase depresi, ditandai dengan merasakan mood menurun sepanjang hari, bahkan berat badan dan nafsu makan juga mengalami penurunan. Gejala lainnya adalah susah tidur, malas bergerak, dan  mudah lelah.

Selain itu juga lebih sensitif, disertai menurunnya konsentrasi berpikir. Selain itu, Sendy juga menjadi lebih sensitif, konsentrasinya menurun, bahkan menutup diri dari lingkungan hingga tak berani menghadapi orang lain. Dan di saat kritis terkadang di fase ini juga muncul keinginan bunuh diri yang terencana.


Sedangkan fase mania ditandai dengan mampu tidak tidur berhari-hari, banyak bergerak, merasa terhina dan terlecehkan, suka menyakiti diri sendiri, serta perhatian yang mudah beralih kepada hal-hal yang tidak penting atau bahkan tidak relevan.

Berbagai makian serta hujatan yang diterima Sendy semakin memperparah kondisinya. Akibatnya, Sendy mengalami fase mania selama satu tahun. Selama itu, depresi yang dialaminya seolah menjadi bom waktu yang akhirnya meledak di tahun ini.

Namun, Sendy berhasil bangkit dengan memulai  mencari tahu tentang penyakitnya, konsultasi dengan psikiater di Yogyakarta, hingga harus mengkonsumsi obat-obatan.  Kini Sendy sudah memiliki cara mengatasi diri sendiri ketika fase depresi dan mania tersebut muncul sewaktu-waktu.

Perjuangan menghadapi diri sendiri dan rasa "sakit" dilalui dengan sabar, hingga akhirnya ia menemukan Allah di hatinya. 

Dalam wawancara Sendy berharap mampu memberikan inspirasi kepada semua sahabat perempuan bahwa keluarga adalah akar mental dan jiwa,  yaitu akar dari semua kehidupan kita.


Sendy juga ingin memberikan motivasi agar sebagai perempuan kita tidak ragu,  takut,  atau malu untuk peduli dengan kondisi psikologis,  kejiwaan,  dan mental.

Kita juga perlu untuk membuka mata hati kita untuk menerima saudara-saudara kita dan sahabat-sahabat perempuan kita bahwa tidak ada yang memalukan karena lemahnya kejiwaan.


Sendy juga berhasil menulis buku dalam hanya dalam waktu 2 hari,  mengisahkan tentang perjalanan hidupnya sebagai penyandang gangguan Bipolar. Buku setebal 160 halaman Buku ini ditulis dengan pendampingan langsung dari Indscript dalam kelas Private Writing Coaching.



Buku yang berjudul Menemukan-Mu dan Menemukannya, diterbitkan oleh Indscript. Untuk setiap pemvelian 1 buku,  Rp. 2000 akan disumbangkan untuk yang tercekik hutang riba. 
Harga asli buku ini Rp.  100.000, sedangkan harga PO (sampai 7 Desember)  Rp.  79.000.



Okay readers, bila penasaran dengan buku ini silahkan menghubungi Indscript ya.  

Dan bila readers berminat untuk mengetahui lebih dekat mengenai gangguan bipolar,  Readers bisa bergabung di grup asuhan Sendy di facebook berikut ya


Semoga kisah Sendy Hadiat serta buku Menemukan-Mu dan Menemukannya dapat memberikan wacana baru bagi kita semua,  tentang pentingnya perhatian dan kasih sayang dalam keluarga.

Happy sharing and happy blogging❤


28 comments:

  1. Inspirasi banget, memang secara psikologi di dalam manusia itu ada salah satu insting untuk mati, tapi kalau sampe depresi dan mania itu ya, kasian.. penasaran bagaimana kisah keluarganya yang bisa meninggalkan ia ke luar negeri disaat kondisinya demikian..

    ReplyDelete
  2. Bipolar itu...sulit. Maka jadi sangat hebat Mbak Sendy mampu bangkit.

    Teman saya dimulai dari bipolar tapi tidak tertangani meluas ke beberapa mental disorder yang lain. Sebagai temen sulit ya menemani entah di fase mania atau kutub. Tapi masih berharap samapai sekarang kalau temen saya bisa bangkit juga.

    Duh, jadi penasaran deh sama bukunya !

    ReplyDelete
  3. Menulis hanya dlm waktu 2 hari? Wow keren..

    ReplyDelete
  4. Tks Mb Dira jadi makin penasaran dengan sosok Sendy yaa :)

    ReplyDelete
  5. Apapun rintangannya kita tidak boleh menyerah

    ReplyDelete
  6. Pembelajaran bagus dari penderita bipolar yang mampu keluar dari situasi yang menekannya

    ReplyDelete
  7. sangat menginspirasi kisah Sendy Hadiat ini.

    ReplyDelete
  8. Mbak Sendy ini inspiring banget ya Mbak. Semoga lebih banyak lagi perempuan-perempuan ODB yang bisa seperti mbak sendy

    ReplyDelete
  9. Kisah mba Sendy sekali lagi membuktikan kalau perempuan bukan mahluk lemah.

    ReplyDelete
  10. Bipolar. Tak banyak yang tahu apa dan seperti apa penyakit itu. Tks for sharing.

    ReplyDelete
  11. Kisah hidupnya sangat inspiratif, begitu pun bukunya nanti.

    ReplyDelete
  12. Perjuangan seorang bipolar yg luar biasa

    ReplyDelete
  13. Inspiratif..Poin keluarga adalah akar hidup kita, setuju sekali!
    Salut dengan Sendy Hadiat. Semoga banyak penyandang bipolar , khususnya perempuan,di luar sana bisa termotivasi dari kisahnya

    ReplyDelete
  14. Moody salah satu tanda bipolar bukan ya? :O

    ReplyDelete
  15. Salut sama mbak sendy. Sangat menginspirasi

    ReplyDelete
  16. Salut dengan perjuangan Mbak Sendy yang tidak menyerah mengatasi bipolarnya. Lalu menulis buku dalam 2 hari pula. Kereeen 👍

    ReplyDelete
  17. Semangat, sabar, pantang menyerah. Kagum dengan sosok mbak sendy ini

    ReplyDelete
  18. Betapa berat hidup dengan bipolar tapi nyaris melewatinya sendirian.
    Alhamdulillah sudah sembuh, selamat menggapai hidup baru Mbak Sendy...😊

    ReplyDelete
  19. Salut sama mba Sendy menghadapi bipolar memang berat ya, tapi Dia bisa melaluinya.

    ReplyDelete
  20. Salah satu penderita bipolar yg menjalani fase healing dg menulis yaa...

    ReplyDelete
  21. Mudah-mudahan lebih banyak yang membaca bukunya Mba Sendy ini, terutama mereka yang terindikasi gangguan yang sama agar dapat belajar lebih banyak bagaimana untuk mengatasi gangguan bipolar.

    ReplyDelete
  22. Menginspirasi sekali untuk para wanita, khususnya yang terkena bipolar

    ReplyDelete
  23. Nice info mba, jadi lebih paham tentang bipolar. Makasih banyak!

    ReplyDelete
  24. Salut dengan perjuangan mbak Sendy. Mampu menghadapi gangguan bipolarnya seorang diri tanpa keluarga. Beruntung ada suami yang mendukungnya ya...

    ReplyDelete

Terima kasih sudah mampir dan meninggalkan komentar. Mohon tidak memberikan link hidup ya 😊.

COPYRIGHT © 2017 | THEME BY RUMAH ES