Akhirnya "waktu" dan "perjalanan" yang akan menuntun menjadi pribadi yang lebih banyak belajar.
Belajar menjadi kuat akan tempaan, dan sabar menghadapi ujian.
Belajar memberikan suntikan motivasi kepada orang lain, karena kita pernah gagal, dan merasa sendirian.
Belajar berempati dan simpati, karena kita pernah diperlakukan kurang baik, dikritik dengan pedas tanpa solusi.
Belajar menahan diri mengatakan keburukan orang lain, karena kita pernah merasakan diejek, dibully, dan direndahkan.
Belajar menahan emosi dan menahan diri dari berkata kasar, karena kita pernah dihina dan dicaci maki.
Belajar berani menyatakan pendapat, karena saran kita pernah diabaikan saat terlalu pasif.
Belajar memahami penderitaan orang lain, karena saat kita menderita tak ada yang peduli.
Belajar mesyukuri proses perubahan, karena saat berjuang melewati hal yang berat orang lain hanya pandai bicara
"Kenapa koq belum begini?"
"Kenapa koq belum begitu?"
"Kenapa koq tidak ada kemajuan".
Belajar menjadi pribadi yang lebih baik, karena telah melewati masa-masa sulit, perjalanan yang tak abadi.
Jangan menjadi pribadi yang sebaliknya.
Allah Al Musta'an
iya bener banget.. pengalamana dna perjalanan hidup membawa kita pada banyak hal ya. pantas saja ya mba, orang bilang yang tua lebih banyak makan asam garam kehidupan. Tergantung bagaimana memaksimalkannya aja lagi. :-)
ReplyDeleteIya Mbak Ira... Ternyata menjadi dewasa itu pilihan, sedangkan menjadi tua itu pasti.
DeleteSalam kenal yaa
Subhanallah. Tulisan ini, tulisan yang singkat, padat isinya tetapi menjadi kesimpulan yang berbobot.
ReplyDeletePelajaran hidup berkoneksi dengan waktu, waktu untuk menikmati bahagia, waktu untuk mengikhlaskan duka, dan waktu untuk berdamai dengan masa lalu dan menatap masa depan.
Tulisan yang indah Dira.
Semoga kita kelak bisa menjadi insan yang tidak hanya dewasa dalam berpikir, dan bersikap (bertindak) tapi juga dewasa serta bijak dalam menjalani masa depan :)