Tuesday, May 8, 2018

Ketika Buah Hati Dinyatakan sebagai "Anak Istimewa"


"Selamat siang Mbak Dira, perkenalkan saya Nisa. 
Anak saya dibilang dokter sebagai anak berkebutuhan khusus. 
Apa yang harus saya lakukan Mbak?  
Saya sangat sedih😭".



Sebuah pesan masuk di aplikasi whatsapp, satu dari sekian banyak pesan yang sama, yang masuk di inbox media sosial. Sambil menahan nafas, saya membacanya perlahan,  berulang kali sebelum membalas pesan penting itu.

Sejak menuliskan beberapa cerita tentang Anak Berkebutuhan Khusus di blog, saya sering menerima permintaan pertemanan di Facebook dan Instagram,  kemudian menginbox untuk sekadar sharing atau meminta advice tentang stimulasi di rumah.



Tak mudah membalasnya, saya harus berpikir kalimat apa yang harus saya ucapkan,  agar tidak berdampak buruk pada si penerima pesan.

Minimal diawal perkenalan, saya berusaha tidak menyakiti hatinya. Hal yang selalu saya pikirkan dengan masak berkali-kali.

Perasaan yang muncul setiap kali membaca pesan seperti diatas adalah flashback kenangan masa lalu, saat vonis itu diucapkan di hadapan saya. Di hari itu berusaha tidak menangis, tersenyum pun rasanya wajah ini kaku. Dunia terasa tidak lagi sama, vonis itu seakan menghancurkan dunia  layaknya gedung tua yang dirobohkan dengan bom waktu.

Bruuuk!  Roboh, hancur seketika.

Setidaknya mereka pasti merasakan hal yang sama, remuk redam.

© Pexels

Akhirnya setelah beberapa kali menerima pesan-pesan seperti itu, saya menjadi lebih bisa menerima keadaan. Kenangan masa lalu itu menjadikan saya belajar berempati dan berusaha lebih mengerti perasaan orang lain.

Yang selalu saya tanyakan pertama kali, selalu dengan kehati-hatian. Terkadang memulainya membuat saya bingung. Ingin menjawab begini:
"Mbak gapapa? " - siapa sich yang gapapa saat anaknya divonis ABK?
"Mbak, putranya ABK apa? " - rasanya kok kurang berempati
langsung too the point, terasa kurang sopan.

Berawal dari pesan akhirnya saya memiliki banyak teman baru, yang saling support. Terkadang memompa semangat orang lain dan berbagi pengalaman kepada mereka yang membutuhkan bantuan informasi terasa sangat menyenangkan bagi saya.

Saya ingin berbagi beberapa hal yang selama ini  dilakukan untuk melewati hari-hari setelah vonis "anak istimewa" melekat pada anak saya. :

Berdoa kepada Allah

Allah Maha Pemberi, yang saya yakini akan memberikan  ujian jika sesuai dengan kekuatan manusia. Allah yang mempunyai hak memilih dan memberikan keputusan.

Saat bersedih membayangkan masa depannya, menangis dan memohon selalu agar diberikan segala kemudahan melewati proses ini. Tak pernah mudah, memang,  namun saya selalu yakin Allah selalu memberikan kemudahan.

Seandainya bisa, ingin rasanya berada disamping mereka yang sedang curhat, lalu memeluknya erat-erat. Merasakan rasa pedihnya, turut menangis bersama, lalu mengangkat bahunya, mengajaknya bangkit.

Allah selalu menjadi curahan hati, di saat bahagia maupun bersedih menghadapi segalanya. Setiap melihat banyak kemajuan yang dialami putra saya, rasa syukur akan terus mengalir. Allah Maha Baik.

Ikuti apa kata dokter dan terapis

Mendengarkan kata dokter dan terapis selalu saya sarankan kepada mereka yang menanyakan tentang kondisi buah hatinya. Saya bukan tenaga medis, tidak bisa mendiagnosa, hanya mempunyai pengalaman yang saya alami sendiri.

Mencari second opinion pun bisa menjadi alternatif bagi para orang tua yang merasa tidak yakin atau justru butuh "diyakinkan". Saya pun konsul ke beberapa dokter,  sebelum akhirnya bertemu dengan dokter yang merawat Musa saat ini. Menemukan dokter yang pas seperti mencari jodoh, butuh usaha dan kerja keras.

Hal yang sangat berbahaya menurut saya adalah shopping diagnosa. Terkadang orang tua terlalu sibuk meyakinkan diri bahwa buah hatinya "baik-baik saja", lalu membawa anaknya ke banyak dokter,  dan menerima treatment yang berbeda-beda. Padahal waktu terus berjalan dan usia anak semakin bertambah.

Kami selalu mengabarkan perkembangan Musa baik kepada DSA maupun terapis. Berkomunikasi secara positif dengan mereka akan membuat orang tua menjadi lebih tenang dan berpikiran positif.

Bersinergi dengan DSA,  psikolog klinis,  dan terapis akan membuat orang tua semakin percaya diri menjalani terapi dan melakukan stimulasi. Kita tidak akan merasa sendirian, karena dukungan para ahli sangat membantu proses yang panjang ini.

Hadapi dan bangkit

Sebagai Ibu dari seorang anak istimewa yang dititipkan Allah, tentu saja saya tidak setegar itu.

Menurut Elizabeth Kubler-rose (1969) respon berduka dialami dalam lima fase, yaitu :
Fase pengingkaran (denial),  fase marah (anger),  fase tawar-menawar (bargaining), fase depresi,  dan fase penerimaan. 

Fase depresi pernah saya alami, fase tidak terima pun sempat menghampiri, apalagi fase penolakan pasti saya rasakan. Saya juga tak sesabar ibu peri di cerita dongeng.

Menguatkan mental sering kali harus dihadapi oleh Ibu dari anak ABK. Selain harus pandai mengontrol emosi, juga harus punya mental baja saat menghadapi omongan dan sikap dari lingkungan sekitar.


Pasangan sebaiknya saling menguatkan, membentuk support system yang baik untuk mendukung kemajuan perkembangan buah hati. Komunikasi dengan pasangan kita juga mempengaruhi pola asuh kedepannya. Tak jarang banyak benturan yang terjadi ketika berbeda pendapat mengenai cara terapi hingga pengasuhan anak ABK.

Tetaplah  saling memupuk cinta kasih dengan pasangan,  karena buah hati kita pasti ikut merasakan dampaknya.




Belajar,  terus belajar

© Pexels

Kehidupan baru berikutnya adalah menjadi sangat intents belajar, mulai dari membaca buku-buku tentang keistimewaannya, browsing tentang cara stimulasi - cara membuatnya mandiri,  hingga mengikuti berbagai macam workshop dan seminar tentang anak ABK.


Sebaiknya jangan mengandalkan terapi saja,  karena terapi hanya dilakukan satu-dua jam sehari. Untuk hasil yang maksimal Ibu juga harus melakukan berbagai stimulasi dengan cara yang menyenangkan di rumah.

Seorang Ibu terasa sangat berat tanggung jawabnya terhadap anak ABKnya, apalagi ibu rumah tangga yang menghadapinya seharian penuh. Sebaiknya buatlah waktu khusus untuk membaca,  belajar tentang stimulasi dan permainan sederhana. Luangkan waktu satu sampai dua jam untuk belajar, misalnya dua atau tiga hari sekali khusus tentang keistimewaan anak kita.



Buat schedule, target,  dan pencapaian

© Pexels
Setelah yakin dengan keputusan untuk melaksanakan terapi, saya membuat schedule, target,  dan pencapaian dalam proses terapi.

Jangan hanya mengandalkan terapis dan konsul dokter saja. Kita harus punya jadwal apa saja yang harus kita latih di rumah, target yang harus dicapai untuk pertemuan berikutnya atau usianya, dan pencapaian yang berhasil dilalui.

Dengan adanya daftar ini kita bisa tahu, apa saja kekurangan anak kita selama terapi. Apakah ada kemajuam atau justru tidak ada perubahan. Komunikasi dengan terapis jiga sangat diperlukan. Jangan hanya mengantar lalu tidak tahu apa saja yang diajarkan.

Catat hasil rekam medis jika ada, bandingkan dengan target selama ini. Komunikasikan dengan terapis apa saja yang perlu diperbaiki dan bagaimana caranya agar stimulasi di rumah dapat membantu kemajuam di tempat terapi.

Berkomunitas

© Pexels

Bergabung dengan berbagai komunitas orang tua ABK bisa mensupport kondisi kita.

Kita bisa membuka mata,  bahwa masih banyak hal yang bisa kita syukuri,  dan belajar dari mereka para survivor yang berhasil membesarkan buah hatinya dengan baik.

Di usia Musa 2 tahun saya mengikuti komunitas mulai dari Autisme, Gifted, Dyslexia,  Down Syndrome,  Cerebal Palsy,  dan banyak lainnya. Dari para orang tua hebat itulah saya belajar tegar dan menjadi kuat. Mereka yang berlapang dada memberi semangat kepada sesama,  sementara saya membaca kisah-kisahnya sambil menangis. Mereka bisa sekuat itu, saya harus lebih kuat.

Berkomunitas akan membantu kita menghadapi rasa takut, belajar dari pengalaman teman-teman orang tua anak ABK,  banyak ilmu yang bisa didapatkan.

Selain itu dengan berkomunitas kita bisa belajar lebih dalam tentang keistimewaan anak ABK kita, bagaimana cara teman-temannya memulai toilet training, cara belajar mandiri mulai dari mandi, berpakaian, mengerjakan pekerjaan rumah, hingga bersekolah dan bersosialisasi dengan lingkungan. Termasuk juga bisa kita ketahui efek dari obat-obatan yang dikonsumsi anak ABK, bisa kita ketahui dari diskusi-diskusi di komunitas.

Sempatkan "Me Time" demi kewarasan jiwa

Tak dapat dipungkiri,  24 jam waktu yang kita habiskan sebagai Ibu rumah tangga terkadang membuat stres berkepanjangan. Apalagi merawat buah hati dengan keistimewaan,  butuh effort ganda, kesabaran dan tenaga yang luar biasa.

Me time adalah hal wajib yang harus dimiliki oleh Ibu dari anak ABK. Luangkan waktu satu jam,  untuk rileks, bisa menitipkan anak pada ayahnya atau keluarga terdekat yang bisa meng-handle. Sekadar tiduran, mendengarkan lagu, menonton film, membaca, atau apa saja.

Hampir dua tahun ini, saya jarang sekali me time sendirian. Selain karena Musa sangat lengket dengan saya, rasanya tidak tega membiarkan orang lain menghandlenya.

Me time yang paling efektif saat ini bagi saya adalah nulis blog dan nonton drakor hehehe.  Satu jam saja,  tapi sangat berharga.



Salurkan hobi positif


Mengurus buah hati dengan keistimewaan, kadang membuat kita terlalu fokus dan kurang objektif.

Hobi bisa menjadi jembatan yang efektif bila disalurkan dengan baik. Kita tidak lagi merasa sangat terbebani. Bagi teman-teman yang suka melukis, menjahit-menyulam, memasak, apa aja,  silahkan salurkan hobi sambil mencari waktu yang tepat.

Menulis, bagi saya adalah sarana terapi yang menyenangkan. Bisa membuat jiwa saya terasa lebih baik, mengurangi energi negatif dan pikiran buruk bisa teralihkan.



© Pexels

Saya menyibukkan diri mengerjakan riset, menjadi content writer,  hingga ghost writer. Bergabung dengan komunitas penulis, menginspirasi untuk membuat berbagai kisah antologi, yang diterbitkan menjadi buku.

Saya senang belajar membuat website di wix.com, belajar coding,  dan menjadi trainer untuk training online membuat blog.

Sebaiknya Ibu keluar dari label "saya Ibu dari anak ABK", jadilah diri sendiri yang mempunyai impian dan harapan. Insyaallah buah hati akan bahagia,  bila Ibunya bahagia.
Jendela Inspirasi,  salah satu buku antologi saya. Berkisah tentang "Perempuan-perempuan yang Berpendar dalam Ingatanku", para perempuan hebat yang menginspirasi kehidupan saya. 



Mengenalkan pada keluarga dan lingkungan mengenai keistimewaan buah hati


Salah satu hal yang sering ditutupi oleh orang tua anak ABK adalah buah hatinya memiliki keistimewaan.

Dengan mengenalkan kondisi anak kepada keluarga besar dan lingkungan sekitar, akan memudahkan penerimaan mereka di masa depan. Daripada menutupi terus menerus, hanya akan membuat frustasi dan anak akan bingung dengan kondisi tersebut.

Awalnya pasti berat, apalagi saat menerima judging kenapa begini begitu. Percayalah semua akan berlalu, yang berempatilah yang paling mengerti. Fokus pada yang memberikan kalimat positif, abaikan yang nyinyir.

❤❤❤

Huaaaa.. Tak terasa panjang banget nulisnya,  tentang perjalanan panjang yang telah dilalui, dan akan dijalani. Semoga kami sekeluarga bisa selalu bersinergi untuk kebaikan di masa depan. Perjalanan masih sangat panjang, semoga kami selalu diberikan kekuatan dan kekompakan untuk membesarkan Musa hingga mandiri.

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi teman-teman semua yaa. Tetap berbahagia, karena anak kita membutuhkan orang tuanya yang bahagia.



24 comments:

  1. Ah, sejuuuk banget bacanya. Dan semoga ibu2 yg mempunyai anak ABk bisa sama semangatnya seperti mba dira yaaa :) . Bener mba, Allah ga bakal kasih ujian yang melebihi kekuatan kita. Kalau Dia menganugrahkan anak kepada kita, yg ABK sekalipun, berarti Dia yakin kita pasti mampu menjaga dan membesarkannya :)

    ReplyDelete
  2. Yang terakhir itu paling susah apalagi ke keluarga sendiri. Anak dibawa ke psikolog, saya yang disalahkan. Kenapa anak sehat kok dibawa ke psikolog segala -_-"

    Udah dijelasin kl ini ADHD, sudah ikut aturan dokter dan terapis dibilang jangan terlalu percaya sama mereka. Lah XD

    ReplyDelete
  3. Hi musa.. Hi mba dira.. I am proud of u mba. Seneng rasanya membaca postingan mba dira ini. Kyknya aku ketinggalan postingan yg lainnya ni. Anak-anak kita bth bantuan & org yg pertama bs membantu mereka adalah kita. Pun kita jg adalah org yg pertama yg selalu mencintai mereka apa ada nya. Semangaat ya & kisskiss from here xoxo

    ReplyDelete
  4. so inspiring mbaaaa, meleleh aku sumpah. Cobaan istimewa untuk orang yang istimewa juga mba. Much love for Musa :)

    ReplyDelete
  5. Mba Diraaaa *peyuuuuk... Aah mrebes mili aku bacanya. Doaku yang terbaik untuk kalian semua..

    ReplyDelete
  6. sangat inspiratif sekali mba dira, semoga tulisan ini dapat memberi semangat bagi ibu lainnya

    ReplyDelete
  7. Setuju kalau hadiah istimewa selalu diberikan utk orang-orang istimewa. Karena Dia tahu, mna Dira mampu menghadapinya. Keep strong mb Dira!

    ReplyDelete
  8. Semua anak adalah istimewa ya mba..meskipun dia dikatakan berkebutuhan khusus. Pasti dia punya keistimewaan yang tidak dimiliki anak lain. Saya sangat kagum dengan perjuangan mba dira

    ReplyDelete
  9. special kid is for special Mommy..Dan Musa memang ditakdirkan memiliki Bunda yang sekuat Mbak Dira...Peluk sayang buat kalian berdua, stay strong!

    ReplyDelete
  10. Semangaat, Mbak Dira! Semoga tetap berbahagia selalu ya, karena Musa akan bahagia dengan ibu yang selalu berbahagia. Peluuuk eraaat!!

    ReplyDelete
  11. Ngalir banget mbak nulisnya... Serasa tanpa beban. Semangat mbak buat dek musa.

    ReplyDelete
  12. Semangat mbak Nisa, makasi sharenya mbak Dira

    ReplyDelete
  13. Wah allhamdulillah Musa punya ibu yang hebat seperti bunda Dira. Ibu pembelajar dan ibu yang selalu berusaha untuk semakin lebih baik. Semoga dimudahkan dan dikuatkan dalam setiap perjalanan membesarkan Musa yang tak kalah manis seperti ibunya ☺️

    ReplyDelete
  14. Saya termasuk anak yang juga ABK karena sakit fisik tapi beruntung ibuku bukan seseorang yang posesif. Dia membiarkanku bermain layaknya anak-anak dengan catatan aku berhenti saat lelah. Jadi ibu dengan anak AbK emang nggak mudah, teruslah menyemangati anak

    ReplyDelete
  15. Semangat selalu Mbak dira :)
    Sebarkan hal-hal positif dan Bermanfaat untuk Kita semua.

    Allah menguji hamba-Nya karena ia percaya, Bahwa Kita adalah orang-orang terpilih yang dipercaya oleh Allah untuk mengemban Amanah apapun itu.

    Tetap jadi Dira yang selalu menyegarkan positive vibes.
    Salam hangat dan peluk jauh 🤗

    ReplyDelete
  16. Entah kenapa aku maknyess banget baca tulisan ini, Mbak Dira. Kayak air mengalir aja

    Aku yakin Allah gak akan memberi sesuatu di luar batas kemampuan makhlukNya. Mbak Dira orang yang kuat banget. Selalu optimis aku lihat. Dan satu lagi yang aku suka, selalu menyebarkan aura positif dan kebahagiaan

    Semangat terus ya, Mbak Dira sayang. Peluuuk dariku

    ReplyDelete
  17. Peluk jauh untuk Musa juga Mba Dira... semoga Allah selalu memberi kemudahan.. Aamin. Tulisannya mencerahkan dan menguatkan mba, semoga para ibu yg punya pengalaman yg sama mampir dan membaca tulisan ini

    ReplyDelete
  18. Semangat terus ya mba dira... aku kurang paham, tapi etis ga ya nanya karena pengen tau juga... kalau anak ABK itu ketahuannya dari bayi kah atau pas gede nya ya mba?

    ReplyDelete
  19. Saya sering kehilangan kewarasan klo kurang me-time wkwkwk.. akhirnya suka buat gambar ato bikin kue😋

    ReplyDelete
  20. Ada sesuatu yang indah dibalik setiap takdir atas diri kita dan keluarga mb Dira ...
    Bukan begitu sai?

    Keyakinan akan miracle dariNYA harus terus dipupuk.
    Yuk mb, saling menguatkan
    Lup u

    ReplyDelete
  21. Subhanallah, Saya kok jadi terharu. Yang kuat dan sabar ya Cikguku. Dikau pasti sabar banget. Salam sayang untuk Dek Musa.

    ReplyDelete
  22. Aku selalu terharu sama ibu2 yg memiliki anak dgn ABK. Krn belum tentu aku sesanggup mereka. Dan jujur aku baru tau keadaan mba Dira ini.

    Tetap semangat ya mba, tetap kompak bersama suami utk membesarkan sang buah hati. Aku tau itu gak mudah. Dan jangan lupa utk membahagiakan diri sendiri ya. Semoga mba Dira dan keluarga selalu sehat wal afiat ya.

    ReplyDelete
  23. Aku gak nyangka ketika search cara melatih fokus mata anak, ketemu sama blog ini.. keren bangeeet ...menginspirasi..thanks mbak 🙏😍

    ReplyDelete

Terima kasih sudah mampir dan meninggalkan komentar. Mohon tidak memberikan link hidup ya 😊.

COPYRIGHT © 2017 | THEME BY RUMAH ES